Tokyo Camii atau Masjid Agung Tokyo memiliki gaya arsitektur Ottoman. Penamaan masjid ini merujuk pada Camii yang dalam bahasa Turki berarti masjid.
Masjid terbesar di Jepang ini bersebelahan dengan cabang Institut Yunus Emre. Selain itu bersebelahan dengan toko-toko yang menawarkan makanan halal dan termasuk makanan khas Turki yakni Baklava.
Kendati begitu masjid masjid ini tidak persis berasal dari Turki dan didirikan lebih dari satu dekade setelah jatuhnya Kekaisaran Ottoman. Bahkan, awalnya dibangun pada tahun 1938 sebagai sekolah Islam untuk pengungsi Bashkir dan Tatar, yang melarikan diri dari Rusia setelah Revolusi Oktober dengan kewarganegaraan Turki.
Pada 1986, sekolah dan masjid kayu tua yang kemudian disebut Masjid Yoyogi, dihancurkan karena rusak parah. Tanah tersebut disumbangkan kepada pemerintah Turki, yang mendanai rekonstruksi masjid dan menyelesaikannya pada tahun 2000. Dirancang oleh Hilmi Senalp, Masjid Agung Tokyo yang baru dihidupkan kembali dan dianggap sebagai salah satu masjid terindah di Asia Timur terutama di bagian paling depan.
Di dalam, sebuah lampu gantung besar dan jendela kaca patri yang cemerlang menyambut pengunjung ke aula berkubah, yang dapat menampung hingga 2.000 orang sekaligus.
Jumlah Muslim yang tinggal di Jepang, meskipun kecil, telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dekade terakhir, dari 110.000 pada 2010 menjadi 230.000 pada akhir 2019 termasuk sebanyak 50.000 mualaf Jepang. Negara ini memiliki lebih dari 110 masjid, termasuk Tokyo Camii, Masjid Okachimachi, Masjid Otsuka, Masjid Nagoya, dan Masjid Dar al Arqam.
sumber: https://ihram.republika.co.id/berita/rgeep4313/tokyo-camii-terbesar-di-jepang